Resensi Buku Kaum Profesional Menentang Rezim Otoriter-A. Prasetyantoko, 16 Februari 2011
Penggulingan Soeharto dari bangku kekuasaan merupakan peristiwa yang bersejarah dalam perjalanan panjang bangsa Indonesia. Otoritarianisme militer yang berjalan ajeg selama 32 tahun akhirnya berhasil ditumbangkan oleh gerakan massa yang sedemikian massif yang berkembang cepat dalam krisis politik yang kompleks. Dikatakan kompleks karena bukan hanya spektrum politis an sich yang menyebabkannya jatuh, namun dikarenakan berbagai faktor lintas bidang (termasuk di dalamnya faktor internal dan eksternal ekonomi negara) yang saling bertumpuk membuatnya terpojok dan mundur. Rezim militer yang hidup dalam mistisme, yang sedemikian kuatnya dan kokohnya bak dewa-dewa yunani yang tak terjangkau, akhirnya dapat jatuh.
Dalam suasana pergerakan masyarakat yang sedemikian massif itu, tentulah pengintegrasian peran serta berbagai kelompok masyarakat harus dipahami sebagai sebuah keniscayaan. Karakter mahasiswa yang cenderung vocal, kreatif, dan radikal tentulah amat sangat berperan dalam mempelopori gerakan reformasi. Begitupun karakter gerakan buruh dengan ideology kirinya dan ide-ide radikalnya yang turut berperan dalam perubahan social ini. Keberhasilan gerakan mahasiswa dan buruh dalam mempelopori ide-ide reformasi secara konsisten akhirnya ide tersebut dapat menular kepada kelas-kelas masyarakat lainnya bahkan pada kelas yang tidak disangka dapat menghadirkan perubahan karena karakternya yang cenderung konservatif. Kelas ini seringkali diklasifikasikan sebagai kelas borjuis walaupun secara hakiki awalnya kelas ini muncul sebagai pekerja. Karena sulitnya mengklasifikasikannya dengan dikotomi kelas dalam teori konflik Marx, maka dalam teori-teori kontemporer kelas ini dinamakan kelas menengah sebagai kata ganti kaum pekerja professional di Indonesia.
Fenomena factual gerakan pekerja professional merupakan sebuah keanehan yang layak untuk dikaji. Mengapa? Oleh karena karakter kelas ini yang cenderung individualis dan konservatif jika dihadapkan pada pilihan-pilihan politik. Karakter kelas menengah yang cenderung menjadi supporting base kapitalisme orde baru adalah aspek utama yang membuat pemberontakan oleh kelas menengah menjadi sulit untuk dijelaskan. Bagaimana bisa kelompok berdasi ini turun kejalan memberanikan diri mengorbankan karirnya, kredibilitasnya sebagai seorang professional, dan citranya sebagai golongan yang lebih elegan dan eksklusif. Oleh karenanya buku ini ingin mencoba menjelaskan bagaimana fenomena ini menjadi logis untuk ditafsirkan. Dan buku ini cukup berhasil menjelaskan bagaimana fenomena ini berproses.
Kurang lebih, saya dapat nyatakan bahwa sejatinya buku ini terdiri dari tiga bagian besar. Pada bagian awal, penulis berupaya untuk memotret bagaimana perkembangan dari ide kapitalisme dan selanjutnya bagaimana ini tersebut dapat menginfiltrasi pemikiran pembangunan di Indonesia. Pemaparan mengenai kapitalisme yang digunakan dalam buku ini lebih kepada pendekatan teoritis bukan berupa pemaparan yang bersifat kronologis ataupun dengan pendekatan historis. Bagian kedua dari buku ini adalah pemaparan mengenai ide-ide tentang kelas menengah dan modernitas. Bagaimana perkembangan pemikiran mengenai eksistensi kelas menengah dan perdebatannya merupakan ide-ide yang coba untuk dihadirkan dalam buku ini. Lagi-lagi, pemaparan diberikan bersifat teoritis bukan historis. Bagian terakhir dari buku ini adalah berkisar tentang bagaimana logika pemikiran mengenai adanya fenomena pemberontakan/penentangan yang dilakukan kelas menengah/kaum professional in casu pada era reformasi di Indonesia.
Bagian pertama dalam buku ini menjelaskan bagaimana perkembangan dari teori-teori kapitalisme dan bagaimana kapitalisme ditafsirkan dalam berbagai teori kemasyarakatan. Teori-teori yang umumnya digunakan adalah teori-teori marxis berikut turunannya dan teori-teori weber berikut turunannya. Selanjutnya buku ini memaparkan juga bagaimana kapitalisme di Indonesia berproses. Pada akhirnya buku ini membahas mengenai relasi-relasi sebab akibat antara pemikiran kapitalisme yang dianut di Indonesia dan Reformasi yang mengakhiri Orde Baru.
Sebelumnya telah dinyatakan bahwa pada bagian kedua dari buku ini menjelaskan mengenai proses terbentuknya kelas menengah ataupun kelas pekerja profesional. Pada bagian ini seperti bagian sebelumnya, kita akan cukup dipuaskan dengan penyajian-penyajian teoritis mengenai kelompok menengah dan perkembangannya dengan logika yang cukup sistematis. Oleh karenanya, buku ini dapat menjadi referensi akademis yang cukup baik dalam menjelaskan masyarakat kelas menengah.
Pada bagian ketiga dari buku ini, kita akan menyaksikan bagaimana proses pemberontakan yang dilakukan kelas menengah terhadap rezim Soeharto. Bagaimana relevansi dari karakter kelas menengah di Indonesia mendukung ide-ide reformasi dengan aksi-aksi yang terorganisir dan elegan. Bagaimana kelas menengah dapat mengorganisasi dirinya berikut juga organ-organ yang menjadi simpul-simpul perkumpulan kelas menengah di era reformasi. Selain itu juga, penulis dengan cermat membuat penelitian dengan data primer kaum professional dan berhasil menjelaskan keterkaitan antara pemikiran professional dan fenomena penentangan yang dilakukan oleh kalangan professional.
Secara umum saya sangat menikmati membaca buku ini. Buku ini kaya dengan teori dan memiliki efektifitas kata yang cukup baik. namun mungkin dikarenakan begitu padatnya kata-kata, buku ini dapat saja menjadi bacaan yang cukup berat. Oleh karena itu butuh Suasana yang cukup nyaman untuk menunjang kita menyelesaikan buku ini.
Komentar
Posting Komentar